Siapa Yang Kuat , Dia Yang Menang
Apakah anda setuju dengan kalimat diatas. Atau
mungkin anda sendiri adalah pelopor dari kalimat diatas. Dunia ini tidak
sebesar daun kelor. Di dunia ini juga tidak hanya memikirkan masalah perut. Ada
banyak hal yang perlu di pikirkan bersama. Sebagian masyarakat modern selalu
berfikir apabila kita tidak menginjak pundak orang lain, maka kitalah yang akan
di injak. Memang pernyataan itu saat ini tidaklah salah. Bahkan itulah realitas
yang terjadi di masyarakat kita.
Ini
pendapat saya, apabila kita merasa sebagai masyarakat yang lebih cerdas dari
masyarakat terdahulu (kita sebut masyarakat modern). Seharusnya kita menjadi
masyarakat yang lebih bijak dari mereka.
Sekarang kita lihat realitas yang ada. Kita
ambil contoh bapak imron. Dia selalu memakai pakaian yang sangat mewah. Bahkan
paling mewah diantara tetangga di sekitarnya. Dia selalu berbicara dengan logat
modern. Mobilnya mewah. Selalu belanja
keperluan sehari-hari di toko swalayan. Di tempat kerja dia sangat sibuk.
Sangat banyak tanggung jawab perusahaan yang di percayakan kepadanya. Saking
sangat sibuknya dia tidak menyadari kalau anak tetangga depan rumahnya tidak
bersekolah karena kekurangan biaya.
Dari tulisan di atas dapat dilihat sistem
dimana seorang yang kuat akan semakin kuat dan pecundang akan semakin menjadi
pecundang. Padahal apabila ada sesuatu dengan rumah kita ,tetanggalah yang
pertama kali melihat. Dan kemungkinan dialah yang pertama kali menolong kita.
“akan tetapi apakah anda mengira tetangga kita
akan mau menolong kita?”
Tergantung sikap kita kepada tetangga kita.
Apabila kita tidak pernah menolong mereka, dengan alasan apakah dia mau
menolong kita. Begitu juga pada masyarakat luas. Jangan biarkan mereka merana
atau bahkan kelaparan. Kita harus membantu mereka. Berikanlah pedang untuk
menebas kemiskinan mereka. Berikanlah sapu untuk membersihkan keterpurukan
mereka.
“apakah ini berarti kita harus menyantuni
sebanyak mungkin warga miskin di negeri ini?”
Jangan bertindak konyol. Berapa banyak warga
miskin di negeri ini. Berapa banyak uang yang anda miliki. Dan apakah anda
fikir dengan menyumbangkan uang kepada seribu orang dapat menuntaskan
penderitaan seribu orang juga.
Ada sebuah pemikiran yang menurut saya lebih
realistis. Kita ambil sebuah skala prioritas dalam menuntaskan kemiskinan.
Pertama kita tuntaskan kemiskinan pada diri
kita sendiri. Selanjutnya kita tuntaskan kemiskinan sanak kerabat kita. Mungkin
adik, kakak, sepupu, atau keluarga lainnya yang dekat kekeluargaannya dengan
kita.
Setelah itu kita tuntaskan kemiskinan keluarga
yang rumahnya paling dekat dengan kita. Tentu saja tetangga kita jadi
prioritas. Mulai salah satu dari tiga rumah yang ada di samping rumah kita.
Setelah mereka dapat mencukupi sendiri kebutuhannya kita berganti ke rumah
selanjutnya, dan seterusnya.
Coba bayangkan di sebuah kelurahan yang jumlah
penduduknya seribu keluarga. Dimana empat puluh keluarga didalamnya adalah
keluarga berkecukupan. Dan setiap keluarga
yang berkecukupan tersebut dapat menuntaskan kemiskinan dua keluarga
dalam sepuluh tahun. Bayangkan dalam tiga puluh tahun akan tertuntaskan 640
keluarga dari kemiskinan. Bukankah ini merupakan suatu cara yang sangat efektif
dalam menuntaskan kemiskinan.
0 komentar:
Post a Comment