ekonomi syariah

_ _ _Mari Kita Tingkatkan Kesejahteraan Negeri Dengan Metode Islami _ _ _

Metode Mengurangi Angka Kemiskinan


Siapa Yang Kuat , Dia Yang Menang

Apakah anda setuju dengan kalimat diatas. Atau mungkin anda sendiri adalah pelopor dari kalimat diatas. Dunia ini tidak sebesar daun kelor. Di dunia ini juga tidak hanya memikirkan masalah perut. Ada banyak hal yang perlu di pikirkan bersama. Sebagian masyarakat modern selalu berfikir apabila kita tidak menginjak pundak orang lain, maka kitalah yang akan di injak. Memang pernyataan itu saat ini tidaklah salah. Bahkan itulah realitas yang terjadi di masyarakat kita.

Ini pendapat saya, apabila kita merasa sebagai masyarakat yang lebih cerdas dari masyarakat terdahulu (kita sebut masyarakat modern). Seharusnya kita menjadi masyarakat yang lebih bijak dari mereka.

Sekarang kita lihat realitas yang ada. Kita ambil contoh bapak imron. Dia selalu memakai pakaian yang sangat mewah. Bahkan paling mewah diantara tetangga di sekitarnya. Dia selalu berbicara dengan logat modern. Mobilnya mewah. Selalu belanja  keperluan sehari-hari di toko swalayan. Di tempat kerja dia sangat sibuk. Sangat banyak tanggung jawab perusahaan yang di percayakan kepadanya. Saking sangat sibuknya dia tidak menyadari kalau anak tetangga depan rumahnya tidak bersekolah karena kekurangan biaya.

Dari tulisan di atas dapat dilihat sistem dimana seorang yang kuat akan semakin kuat dan pecundang akan semakin menjadi pecundang. Padahal apabila ada sesuatu dengan rumah kita ,tetanggalah yang pertama kali melihat. Dan kemungkinan dialah yang pertama kali menolong kita.

“akan tetapi apakah anda mengira tetangga kita akan mau menolong kita?”

Tergantung sikap kita kepada tetangga kita. Apabila kita tidak pernah menolong mereka, dengan alasan apakah dia mau menolong kita. Begitu juga pada masyarakat luas. Jangan biarkan mereka merana atau bahkan kelaparan. Kita harus membantu mereka. Berikanlah pedang untuk menebas kemiskinan mereka. Berikanlah sapu untuk membersihkan keterpurukan mereka.


“apakah ini berarti kita harus menyantuni sebanyak mungkin warga miskin di negeri ini?”

Jangan bertindak konyol. Berapa banyak warga miskin di negeri ini. Berapa banyak uang yang anda miliki. Dan apakah anda fikir dengan menyumbangkan uang kepada seribu orang dapat menuntaskan penderitaan seribu orang juga.

Ada sebuah pemikiran yang menurut saya lebih realistis. Kita ambil sebuah skala prioritas dalam menuntaskan kemiskinan.

Pertama kita tuntaskan kemiskinan pada diri kita sendiri. Selanjutnya kita tuntaskan kemiskinan sanak kerabat kita. Mungkin adik, kakak, sepupu, atau keluarga lainnya yang dekat kekeluargaannya dengan kita.

Setelah itu kita tuntaskan kemiskinan keluarga yang rumahnya paling dekat dengan kita. Tentu saja tetangga kita jadi prioritas. Mulai salah satu dari tiga rumah yang ada di samping rumah kita. Setelah mereka dapat mencukupi sendiri kebutuhannya kita berganti ke rumah selanjutnya, dan seterusnya.

Coba bayangkan di sebuah kelurahan yang jumlah penduduknya seribu keluarga. Dimana empat puluh keluarga didalamnya adalah keluarga berkecukupan. Dan setiap keluarga  yang berkecukupan tersebut dapat menuntaskan kemiskinan dua keluarga dalam sepuluh tahun. Bayangkan dalam tiga puluh tahun akan tertuntaskan 640 keluarga dari kemiskinan. Bukankah ini merupakan suatu cara yang sangat efektif dalam menuntaskan kemiskinan.

Silahkan apabila ada yang berpendapat, menambahkan atau mengkaji ulang tulisan saya. Saya sangat mengharapkan warga negara yang kritis dan bijaksana dalam memperjuangkan kesejahteraan sesama manusia. Kotak komentar website ini terbuka lebar untuk panjenengan.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © T - r - o - p - i - s - k - a