Sepertinya ini adalah pertanyaan yang sangat
sederhana. Tetapi sangat sulit untuk di jawab oleh sebagian orang. Mereka
menganggap salah satu dari dua pekerjaan ini sangat sulit dikerjakan apabila
tidak mempunyai keterampilan yang memadai. Oke, sekarang kita bahas kemungkinan
jawaban satu persatu.
Pertama mereka yang memilih menjadi pegawai
kantor. Mereka kemungkinan menganggap bahwa tukang batu adalah pekerjaan kasar
dan fisik mereka tidak kuat untuk melakukannya. Sedangkan pekerjaan kantor
adalah pekerjaan yang ringan dan hanya membutuhkan keterampilan saja. Tidak
perlu panas-panasan, tidak perlu berkeringat, hanya berhadapan dengan kertas
dan laporan. Dan yang paling penting mereka dapat gaji besar, tunjangan dan catatan
kerja.
Faktanya, pekerjaan kantor bukanlah perkerjaan
yang sangat membutuhkan keterampilan. Banyak orang yang masuk ke dalam instansi
ber kantor tanpa kriteria keterampilan pendukung. Karena keterampilan akan di
asah pada saat sudah memasuki kantor.
Anggapan bahwa pekerjaan kantor lebih ringan
juga ternyata salah. Memang di dalam kantor tidak perlu berpanas-panasan terik
matahari. Tetapi panas yang dari dalam jauh lebih panas. Saat melaporkan kepada
atasan, bisa jadi perkerjaan kita kurang di sukai. Ada pegawai lain yang
mencoba menyabotase kita. Belum lagi apabila berhadapan dengan masyarakat. Saat
mereka merasa di rugikan, mereka berubah menjadi pejabat dadakan yang super
kritis. Baik kritis tersebut berdasar ada peraturan maupun berdasar nalurinya
sendiri.
Dan yang ketiga anggapan bahwa pegawai kantor
bergaji tinggi. Ini tidak sepenuhnya salah. Tetapi mohon di perhatikan. Tukang
batu per hari bekerja delapan jam dengan dua jam istirahat mendapat gaji lima
puluh ribu. Berarti dalam sebulan satu juta lima ratus ribu. Sedangkan
rata-rata gaji pegawai kantor per bulan satu juta rupiah bagi pegawai tetap (
bila pegawai kontrak bisa rendah lagi). Adapun yang berpenghasilan lebih tinggi
dari itu apabila dia mempunyai usaha lain di rumah atau mempunyai jabatan yang
tinggi dan masa kerja yang panjang. Sedikit saya tekankan bahwa pegawai yang
bergaji sekaligus berpangkat tinggi pasti memiliki pengeluaran yang besar.
Mulai makan dengan klien, bersantai dengan keluarga, urusan prestise sampai urusan
tetek bengek dengan rekan satu kantor.
Sekarang kita bagi yang memilih menjadi tukang
batu. Mereka menganggap pekerjaan kantor adalah pekerjaan orang intelek yang
membutuhkan keterampilan dan tanggung jawab yang besar. Pekerjaan banci. Atau
pekerjaan yang kotor. Sebagian dari mereka juga merasa pekerjaan kantor
membutuhkan koneksi dengan orang dalam ( mungkin berhubungan dengan kolusi atau
istilah lainnya sistem kekeluargaan). Terkadang mereka menjadi iri karena hal
tersebut. Sehingga mereka mejadi kritis apabila merasa hak mereka di senggol.
Mereka merasa bisa melakukan hal yang lebih baik apabila mereka bisa memasuki
lingkaran instansi tersebut.
Faktanya, anggapan bahwa pekerjaan kantor
adalah pekerjaan orang berpendidikan memang benar. Tetapi bisa juga salah.
Karena memang orang yang baru memasuki dunia kantor seakan-akan mereka menjadi
balita kembali. Walaupun mereka rata-rata berpendidikan. Mereka harus belajar
kembali tentang tata cara bekerja di dalam lingkup kantor tersebut. Sedangkan tukang
batu mereka tidak mungkin bisa menjadi tukang batu apabila tidak mempunyai
keterampilan dalam tata cara membangun suatu bidang. Bahkan menurut saya
pribadi menjadi tukang batu adalah pekerjaan yang rumit dan sangat memperlukan
latihan yang kontinyu.
Menganggap pekerjaan kantor sebagai pekerjaan
ringan memang sangat saya betulkan. Karena tenaga ,dalam artian otot memang
tidak terlalu di forsir. Tetapi otak dan emosi sangat di peras dan di bebani.
Apalagi tanggung jawab yang di bebankan di pundaknya. Kita buktikan saja lebih
banyak mana orang yang meninggal karena kesalahan kerja dalam bidang kontruksi
dengan orang kantoran yang bunuh diri di karenakan beban di otaknya. Ternyata
lebih banyak korban jatuh dari kalangan pegawai kantor.
Pekerjaan kantor adalah pekerjaan kotor. Ini
satu fakta yang saya tidak bisa untuk pungkiri. Karena inilah yang terjadi di
lingkungan kita. Dan seperti sudah medarah daging, korusi, kolusi dan terkadang
nipotisme. Hampir setiap instansi menjalankan praktek ini. Hal mendasari hal
tersebut menurut saya adalah rasa gengsi dan kurang alternatif lain yang bisa
dilakukan. Seperti yang saya singgung di atas bahwa menurut saya pekerjaan
lapangan ternyata berpenghasilan lebih banyak daripada pekerjaan kantor. Akan
tetapi pegawai kantor merasa gengsi apabila penghasilannya kalah dengan pekerja
lapangan yang menggunakan otot. Apalagi bila di tambah dengan urusan tetek
bengek dengan rekan kerja di kantor. Dan terjadilah persenggolan hak dengan
orang – orang yang bekebutuhan dengan instansi tersebut.
Pendapat saya mungkin dengan adanya himbauan
pegawai kantor untuk berwirausaha akan mengurangi angka KKN yang melambung
akir-akir ini. Tentu saja dengan peningkatan kesadaran masyarakat secara
keseluruhan.
Sedikit tambahan, setiap manusia sudah di
tetapkan anugrahya masing-masing. Tidak usah ada rasa iri dengan orang lain.
Kerjakanlah apapun yang menurutmu di izinkan oleh agamamu. Tuhanmu tidak pernah
akan membiarkan hambanya tanpa peringatan.
0 komentar:
Post a Comment