“imron seorang anak yang cerdas, tetapi dia
dilarang ibunya bergaul dengan warga sekitar rumahnya. Ibunya berkata bahwa
lingkungannya buruk untuk anak-anak. Sedangkan itulah yang terjadi di
lingkungan imron. Semua orang adalah pekerja tambang yang besar dan kasar.
Mereka terkesan nakal. Anehnya mereka bangga medidik anak –anak mereka dengan
cara yang tidak sopan dan tidak jarang di bubuhi kata- kata kotor. Saat imron
dewasa dia pergi ke kota terdekat dengan tempat tinggalnya. Disana pun
sama,setiap orang menganggap kecurangan dalam pekerjaan adalah wajar. Semua
saling menjatuhkan dan menarik pada komunitas mereka. Seakan-akan semua
mengambil keuntungan dari tugas mereka, seakan semua suka menerima hadiah atas
dimudahkannya perkara mereka. Dan seakan semua mengambil kerluarganya untuk
bekerja di sampingnya. Lalu menjatuhkan semua yang berpotensi menghambat
mereka. Dalam arti orang intetelek yang jujur dan terus berjalan lurus sesuai
aturan.”
Kisah diatas adalah perumpamaan saja. Penulis
sendiri tidak yakin apakah itu benar terjadi di setiap instansi atau bahkan
mungkin hanya dalam imajinasi penulis. Sekarang langsung kepada topik bahasan.
Pada jaman modern ini rasanya memang susah mencari orang yang benar-benar
jujur. Karena semua hal sekarang ini di ukur dengan materi. Semua orang merasa terancam , merasa gundah
akan hidupnya.
Penulis pernah tercengang dengan kisah UMAR
BIN KHOTOB. Salah satu pemimpin muslim di masa lampau. Semua urusan kerajaan
dapat berjalan dengan lancar. Seluruh negeri makmurdan berkecukupan. Pada suatu hari ada utusan dari romawi datang
ke Mekkah mencari Umar. Dia bertanya kepada seorang muslim di jalan.
“dimana saya bisa menemui Umar?”
Si muslim tersebut menunjukan jalan menuju
rumah Umar. Dengan kudanya yang gagah berani dia menapaki jalan yang di
tunjukan tadi. Dia mendapati rumah sederhana, bukan istana yang megah. Dia
berfikir mana mungkin pemimpin sebuah kerajaan tidak memiliki istana. Lalu dia
berkeliling mencari seseorang yang dapat dia tanya. Dan di dapati seorang yang
tertidur di bawah pohon. Dialah Umar. Yang sangat terkenal itu. Berkecamuk lagi
fikiran si utusan romawi. Seorang pimpinan negara bisa tidur di manapun tanpa
pengawal yang menjaga dirinya. Tanpa istana untuk menyimpan hartanya. Padahal
seluruh rakyatnya banyak yang kaya raya.
Apa yang bisa di petik dari kisah tersebut.
Bahwa sebagai pimpinan tertinggi Umar sama sekali tidak gengsi dengan hartanya.
Dia menerima rejekinya tanpa di hantui fikiran akan di jatuhkan atau
menjatuhkan orang lain. Semua tanggung jawab kerajaan di emban dengan baik. Semua saling membantu.
Semua saling menolong bahkan tidak ada ketakutan akan terhunus pedang ke
perutnya. Dia pun tidak ada fikiran untuk menghunus orang romawi yang datang
padanya. Padahal romawi dalah musuh perang terbesar saat itu.
Sebagai penulis saya berpesan. Walaupun
kehidupan di dunia ini bagaikan perang. Jadilah pejuang perang yang benar-benar
menjalankan etika perang.
Penulis meminta maaf apabila ada fihak yang
merasa tersinggung. Semoga kisah diatas bisa menjadi pendidikan bagi kita.
Apabila ada apapun yang ingin di sampaikan, kotak komentar web ini siap
menerima. Saya mohon dengan bijaksana.
0 komentar:
Post a Comment