Pernahkah anda melihat pedagang asongan?
Apa yang ada di fikiran anda?
Berapa pendapatan mereka?
Bagaimana nasib keluarganya?
Pakaian sederhana dengan dagangan seadanya,
terkadang kalian memikirkan kebersihan daganganya. Apakah dia pedagang yang
jujur. Atau mungkin sebaliknya anda iba denganya. Bagaimana pendidikan
anak-anaknya. Apakah mereka kelaparan. Sebagian lagi dari kalian menganggap itu
hal yang biasa, bahkan mungkin kalian sendiri adalah pedagang asongan.
Tidak salah dengan fikiran kalian. Tetapi
menurut saya mereka adalah potensi yang sangat bagus. Mereka sudah belajar
dengan kerasnya hidup. Mereka telah belajar berdagang langsung dari lingkungan.
Mereka adalah bibit pengusaha yang akan menjadi kuncup.
Apabila para pedagang asongan di sekitar kita
bisa lebih banyak yang kreatif , sangat besar kemungkinan kauntungan yang
mereka dapat akan berlipat ganda. Coba
kita bandingkan pedagang asongan yang
ada di pinggir jalan atau yang ada di dalam bis kota. Dalam sehari mereka
berjualan untuk memenuhi target setoran pada pimpinan dagangan mereka. Jumlah
uang yang kemungkinan di terima setelah di kurangi tetek bengek sekitar tiga puluh
ribu dalam sehari. Selanjuntnya kita lihat pedagang yang lebih kreatif. Si
penjual somay, sekilas tidak jauh beda dengan
pedagang asongan di terminal. Tetapi mereka lebih kreatif. Karena mereka
lebih pintar dalam membidik pasar. Mereka menjual di halaman sekolah atau di
taman. Ada juga yang berkeliling komplek perumahan. Dan yang lebih hebat lagi ada yang menitipkankan daganganya ke
warung-warung sekitar tempat tinggalnya.
“Berapa keuntunganya?”
Jangan di remehkan. Saya pernah bertanya
kepada pedagang somay. Setiap panci yang terjual habis mereka mengantongi
keuntungan sampai dua puluh lima ribu. Padahal mereka pada hari biasa dapat
menjual dua sampai tiga panci dan pada hari tertentu bisa sampai empat panci.
Maka dari itu jangan remehkan pedagang asongan. Mereka adalah pengusaha yang
luar biasa tetap kokoh di tengah arus moderenisasi.
Ada beberapa fikiran yang kemungkinan bisa di
manfatkan para pedagang:
- Jualah dagangan pada pasar yang sesuai, bagai menjual air di padang pasir yang luas
- Bila anda sudah mahir menual dagangan berusahalah untuk membuat sendiri dagangan anda
- Bila tidak memungkinkan membuat barang tersebut sendiri, potong jalur dagangnya langsung pada produsen. Sehingga mendapat harga kulak yang lebih rendah.
- Belajarlah meningkatkan dagangan. Memang beresiko, tetapi kapan ada peningkatan kalau tidak berani.
- Ini pesan luhur yang saya dapat dari leluhur orang jawa. Kalau ingin sukses dalam berdagang maka harus mempunyai tempat berdagang yang tetap dalam artian tidak nerpindah-pindah. Walaupun tidak memiliki warung atau lapak. Mangkal di tempat tertentu boleh juga.
- Bila usaha anda sudah berjalan silahkan promosikan dagangan anda ke jaringa yang lebih luas. Mungkin internet , selembaran atau surat kabar. Seperti yang dilakukan tukang becak di jogja dan warung pecel di bali.
- Bila sudah membaca artikel ini sampai habis silahkan isi kotak komentarnya ya! Semoga kita bisa menjadi warga negara yang kritis dan bijaksana dalam mengatasi masalah.
0 komentar:
Post a Comment